Jumat, 17 April 2009

Kelenteng Laut Unik Di Desaku



Kubu Raya, BERKAT.
Bisa dikatakan satu-satunya di dunia, sebuah Pekong (kelenteng) berdiri tengah-tengah laut, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Unik memang, begitu para pengunjung mengakuinya setelah melihat langsung bangunan yang ditopang dengan kayu belian (ulin) yang didirikan sejak tahun 1960-an ini.
Pekong yang berjarak 4 kilometer dari muara Sungai Kakap ini secara fisik bangunannya didominasi warnah merah terang. Biasanya, oleh warga Tionghoa, Pekong ini digunakan sebagai salah satu sarana ibadah. Bahkan, saat hari-hari besar Tionghoa, pekong ini banyak mendapatkan kunjungan. Meski mereka hanya menggunakan motor air, namun para pengunjung datang dari berbagai daerah di Kalbar.
Begitu pula jika ada even daerah, seperti Robo'-Robo', pekong ini juga ramai dikunjungi. Namun, untuk hari-hari biasa, pekong ini hanya dikunjungi oleh para pecinta mancing. Sekedar menghabiskan week end dan hari libur.
Bagi para nelayan setempat, jika malam hari, bangunan Pekong Laut menjadi salah satu petunjuk arah keberadaan muara Sungai Kakap. Sebab, saat hari berganti, penerangan Pekong ini dinyalakan dengan menggunakan mesin diesel.
Kepala Bapelitbang Kubu Raya, Ir. Ghandi Satyagraha, MT mengungkapkan untuk menunjang potensi wisata yang dimiliki pekong laut ini, berdasarkan usul yang disampaikan Bupati setelah meninjau langsung di lokasi, pihaknya akan segera menyusun perencanaan yang akan dilaksakana tahun 2010 mendatang untuk meningkatkan infrastruktur menuju pekong laut. "Kita akan membangun jalan menuju Pekong Laut dari Desa Sungai Kakap hingga memasuki wilayah Desa Sungai Itik," katanya.
Ghandi juga memastikan, selain penignkatan akses tersebut, kawasan pesisir dari jarak terdekat ke Pekong Laut tersebut juga akan dibangun steigher kecil. "Dengan begitu siapapun dan dari manapun ketika ingin ke Pekong Laut, bisa menggunakan kendaraan darat. Hanya sedikit saja menggunakan kendaraan air," katanya.
Peningkatan lainnya yang akan dilakukan, kata Ghandi, Pemkab Kubu Raya juga akan merancang water front city di kawasan Pekong Laut. "View-nya nanti langsung menghadap ke laut dan dapat melihat langsung bangunan pekong tentunya," tuturnya.
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, SH, saat berkunjung kesana merasa optimis, jika potensi wisata Pekong Laut dikemas seapik mungkin, dirinya yakin masyarakat Kota Pontianak dan lainnya akan berdatangan kesini. "Kita akan dukung, sebab ini juga sebagai salah satu aset penting yang ada di Kubu Raya," kata Muda yang mengunjungi Pekong Laut beserta keluarganya.
Bahkan, dalam waktu dekat, Pemkab Kubu Raya akan melengkapi Pekong Laut dengan Listrik Tenaga Surya. (adi)

Jumat, 03 April 2009

Meski Gagal Panen, Selat Kering Sumbang 400 Ton

Bupati Kubu Raya tidak puas hanya memanen. Musim tanam nanti, ia berjanji bersama warga untuk menanam padi, sebagai komitmennya untuk meningkatkan kualitas pertanian di Kubu Raya. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Sebagian besar lahan pertanian di Kalimantan Barat tak terkecuali Kabupaten Kubu Raya terserang hama dan mengalami gagal panen. Namun, hal itu tidak berarti bagi para kelompok tani di Parit Sarim, Desa Punggur Besar Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Pada musim gagal panen ini, para petani berhasi memberikan kontribusi gabah kering sebanyak 400 ton untuk Kubu Raya. Rabu (1/4) mereka melakukan panen raya bersama Bupati dan lainnya.
Di sisi lain, Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, SH merasa tidak puas jika hanya memanen saja. Menurutnya, hal itu sama saja hanya menerima bersih hasil kerja para petani. Hal ini disampaikannya pada Panen Raya musim Gadu, di Selat Kering Desa Punggur Besar Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (1/4) kemarin. "Saya tidak puas. Bulan depan saya sudah meminta kepada masyarakat di sini bahwa saya akan datang lagi yakni untuk menanam padi," katanya kepada para petani usai panen raya dan berupaya datang bersama Gubernur nantinya.
Ia bangga dengan jerih payah petani di Selat Kering. Seperti diketahui, hampir di seluruh daerah di Kalimantan Barat, termasuk di Kubu Raya baru-baru ini terjadi serangan besar-besaran terhadap tanaman padi. "Tapi saya tidak melihat itu di sini," ungkapnya.
Keberhasilan itu, tentu saja bukan tanpa kerja keras, sebab lahan seluas 150 hektar tersebut dikelola dengan sistem kemitraan oleh pihak swasta yang bekerja sama dengan masyarakat setempat. Dengan sistem demikian, Muda mengutarakan rasa syukurnya, sebab masih ada orang yang peduli bagaimana membuat perubahan di masyarakat. "Saya tidak dapat bayangkan perubahan masyarakat dari nelayan ke petani," tuturnya.
Pimpinan Mitra Agro Teknik , Hermanto Mas'oen mengungkapkan, pola kemitraan yang dilaksanakannya di Parit Sarim dengan sistem modal dipinjamkan, setelah panen baru dibayar. "Para petani gratis menggarap lahan. Pupuk dan obat diberikan serta fasilitas lainnya. Kemudian, semua ongkos itu dibayar setelah mereka panen," ungkap Hermanto.
Ia menjelaskan, ada lima kelompok tani dan satu gabungan kelompok tani yang dibina. Hasil yang diperoleh para petani disini berkisar, ubinan 5.04 ton/ha (gabah kering panen) seharga Rp2800/kg dan jika dikalkulasikan berjumlah Rp14.112.000, dikurangi biaya produksi Rp3.767.500. "Jadi para petani di Selat Kering mendapatkan keuntungan Rp10.344.500 perhektar setiap empat bulannya," jelas Hermanto. (adi)

Lahan Tidur Disulap Jadi Produktif

Bupati Kubu Raya kagum melihat hamparan sawah yang sebelumnya hanyalah lahan tidur yang tidak produktif. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Tidak banyak orang yang memiliki komitmen untuk merangkul masyarakat, mengajak mereka bekerja bersama berbuat hal-hal yang saling menguntungkan. Seperti yang terjadi di Selat Kering Desa Punggur Besar, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Lahan tidur seluas 150 hektar dimanfaatkan warga untuk membuat cetak sawah melalui pola kemitraan dengan pihak swasta, hasilnya, masyarakat di sana tidak mengalami kesulitan dalam segala hal.
Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Kalbar, Ir. Hazairin saat mengunjungi Selat Kering, Rabu (1/4) lalu, merasa kagum dengan pola yang diterapkan. "Bayangkan saja jika petani akan menggarap sawah dengan biaya yang cukup besar. Dari mana para petani itu mendapatkannya. Ini merupakan terobosan baru, bagaimana kebutuhan para petani terpenuhi secara tepat waktu dan tepat jumlah oleh mitra para petani. Begitu petani mau menanam padi, sudah ada bibit yang tersedia, begitu pula dengan pupuk dan lainnya. Ini adalah konsep yang luar biasa untuk menyejahterakan para petani," ungkap Hazairin.
Sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Holtikulura Provinsi Kalbar, Ir. Hazairin sangat mendukung program tersebut. "Buktinya saya sendiri datang kesini," ungkapnya.
Kedepan, Hazairin berjanji dari Pemrpov akan memberikan bantuan kepada para petani dalam rangka untuk peningkatan kualitas pertanian di Selat Kering.
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, SH juga demikian, Ia merasa bersyukur masih ada orang yang memiliki komitmen demikian. Untuk mendukung program tersebut, Muda beserta pihak terkait langsung meninjau lapangan dan menginventarisir kebutuhan apa yang bisa diperbantukan. "Di sana berbagai infrastruktur pertanian sudah dibangun. Kita tinggal menambah apa yang dibutuhkan saja," tuturnya. (adi)

Agro Rekadena di Sungai Kakap

Desa Sungai Kakap tampak dari Muara, keindahan ini seharusnya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Meski Kabupaten Kubu Raya tidak memiliki kelenteng sebanyak Kota Singkawang yang mendapatkan julukan kota seribu kelenteng, namun Pemkab Kubu Raya memiliki gagasan besar akan menjadikan wisata kelenteng sebagai salah satu ikon untuk mempromosikan Kubu Raya. Pemerintah Kubu Raya sudah mempetakan kawasan Sungai Kakap masuk kategori Agro Rekadena. Artinya dukungan wisata alam lain seperti tempat pemancingan, wisata buah, pantai kakap dan tempat lainnya menjadikan wilayah ini layak diangkat. Terlebih di sana beberapa tahun silam sudah berdiri kelenteng laut. Mengapa demikian? Sebab, kelenteng ini tepat berada di muara dan menghadap ke laut Natuna.
Seperti yang disampaikan, Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Budpora, Drs. Umar Alkadrie, Kubu Raya tidak memiliki banyak tempat peribadatan bagi agama konghuchu ini. Namun beberapa kecamatannya masih menyimpan tempat keramat warga tionghoa ini. "Seperti Kecamatan Sungai Kakap, Sungai Raya, Teluk Pakedai dan wilayah lainnya merupakan saksi berdirinya tempat-tempat suci ini,” katanya.
Menurutnya mempromosikan tempat wisata budaya dan rohani harus didukung dengan kesiapan secara keseluruhan. Kecamatan Sungai Kakap dengan akses wisata lain adalah salah satu wilayah yang lain ditunjuk. Namun mempromosikan tempat-tempat tersebut butuh kerjasama seluruh pihak. ”Setidaknya warga dahulu,” kata dia.
“Sungai Kakap sendiri sangat dekat dengan wilayah perkotaan. Bisa menjadi wisata alternatif masyarakat. Kami sudah coba dan tinjau bersama para kepala dinas. Hasilnya sampai ke Pantai Kakap dengan motor air hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Pantai ini sendiri juga masih alami dan indah,” terang Umar.
Dukungan objek wisata budaya, alam dan rohani adalah salah satu cara Pemda mengenalkan Kubu Raya. Apalagi Sungai Kakap salah satu kawasan yang berpotensi melejit dan melaju disamping kawasan-kawasan lainnya di Sungai Raya dan wilayah lain.
”Kita sudah sisir. Pertama kami kami konsepkan dulu sapta pesona. Disisi lain kawasan-kawasan wisata tersebut sudah masuk dalam dana proyek APBD dan APBD Provinsi. Mudah-mudahan bisa terealisasi,” katanya. ”Apalagi mempersiapkan kawasan ini juga didukung dengan persiapan akses infrastruktur memadai,” ungkapnya. (adi)