Rabu, 18 Februari 2009

Aktivitas Nelayan Lumpuh, Ale-ale Jadi Primadona

Seorang ibu di Desa Dabong saat memisahkan isi ale-ale dari kulitnya. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Sejak sektor pendapatan nelayan masyarakat di Desa Dabong Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya mengalami kelumpuhan akibat tingginya harga bahan bakar minyak, sebagian besar warga setempat beralih mata pencaharian pada mencari ale-ale.
Memang, sekilas struktur geografis daerah ini tidak jauh berbeda dengan kawasan pesisir Kota Ketapang, hanya saja, taraf kesejahteraan masyarakat cenderung masih tertinggal.
Untuk mencari ale-ale yang tersebar di sekitar kawasan pesisir Desa Dabong, dari bulan Februari-Agustus adalah musim yang paling dinanti. Jika sudah musimnya, biasanya perorang bisa mendapatkan 4 karung (50 kg) ale-ale yang masih utuh dengan kulitnya. Jika dikupas, hasil tersebut hanya mencapai 7-10 kilogram, sebab kulita sebangsa kerang yang bertaburan di permukaan pasir itu cukup berat timbangannya dan juga tebal kulitnya.
Sedangkan lokasi pencariannya, menurut masyarakat setempat, mereka mulai mencari dari pinggiran pantai dengan ukuran tinggi air dari air seukuran dada orang dewasa hingga seukuran mata kaki. "Kami mencari hanya menggunakan tangan," kata salah seorang pencari ale-ale di Desa Dabong, Fatimah (35).
Mengenai waktu pencarian ale-ale, Fatimah mengatakan tergantung ukuran tinggi dan rendah atau pasang surutnya air. "kalau air pasang, sudah tentu kami tidak bisa mencari ale-ale," katanya. (adi)

Rabu, 11 Februari 2009

Melihat Kehidupan Masyarakat Dabong, Dambakan Ekspansi Listrik dan Gedung SMP


Kehidupan masyarakat Desa Dabong yang hanya mengandalkan sumber listrik mesin diesel secara swadaya. Mereka mendambakan PLN menyentuh desa mereka. FOTO: NURHADI


Kubu Raya, BERKAT.
Masyarakat Desa Dabong bisa dikatakan salah satu daerah yang terpencil dan terisolasi yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Letaknya yang sangat jauh dari pusat ibu kota kabupaten, bahkan kecamatan membuat daerah ini cenderung tidak kebagian kue pembangunan.
Di desa yang terletak di muara dan berhadapan dengan laut natuna ini hingga saat ini masih belum tersentuh dengan ekspansi PLN. Untuk kebutuhan penerangan itu, masyarakat disana hanya menggunakan mesin diesel yang hanya dihidupkan pada saat malam.
Kondisi demikian, secara otomatis membuat masyarakat Desa Dabong tidak bisa menikmati falisitas listrik itu ketika matahari terbit. Agar listrik selalu menyala, masyarakat selalu iuran untuk membeli bahan bakar minyak. Jika mesin diesel mengalami kerusakan, selama menunggu masa perbaikan, warga terpaksa harus menyediakan pelita sebagai penerangan alternatif.
Selain kebutuhan pokok itu, dunia pendidikan di Desa Dabong cukup mengkhawatirkan. Meski sudah memiliki lima sekolah dasar negeri yang terletak di wilayah desa, namun, hingga saat ini di Desa Dabong sendiri belum memiliki dan mendambakan gedung SMPN untuk menampung lulusan sekolah dasar. "Terlebih, kalau SMP sudah ada disini, tentunya anak-anak desa kami tidak akan jauh-jauh hanya untuk melanjutkan jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun," kata Kepala Desa Dabong, Syahrani. (adi)

Dikelilingi Air Asin, Air Sumur Desa Dabong Tetap Tawar


Seorang ibu mengambil air di sumur untuk keperluan sehari-hari. Meski dekat dengan laut, air sumur ini juga dimanfaatkan untuk minum. FOTO NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Bagi masyarakat Desa Dabong Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya yang terletak di muara serta berhadapan dengan Laut Natuna sudah barang tentu dikelilingi dengan air asin. Ironis memang, meski begitu, masyarakat di sana hanya mengandalkan air sumur yang digali, padahal letak sumur bisa dikatakan berbatasan langsung dengan air asin tersebut. Perlu diketahui pula, struktur tanah di desa yang berhadapan dengan Kecamatan Batu Ampar ini banyak mengandung pasir.
Bahkan, terkadang ketika banjir rob semakin membesar, jarak antara sumur dan air asin hanya beberapa meter saja, namun rasa air sumur yang memiliki kedalaman tidak sampai sepuluh meter itu tetap saja tawar dan bisa digunakan untuk memasak dan minum.
Kondisi demikian, tentunya sangat membantu masyarakat setempat. "Kami tidak dapat membayangkan, jika sumur yang kami miliki berasa asin, tentu kami akan merasa kesulitan untuk bertahan hidup," kata seorang ibu rumah tangga, Fatimah (34) yang sedang mengambil air di sumur dekat rumahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Dabong, Syahrani berharap kepada pemerintah Kabupaten Kubu Raya bisa memberikan fasilitas air bersih yang ideal untuk masyarakatnya. "Jangankan infrastruktur yang layak, masyarakat di sini selama puluhan tahun hidup dengan fasilitas yang sangat terbatas," kata Syahrani. (adi)

Selasa, 10 Februari 2009

Angka 17 Bukan Kebetulan



Kubu Raya, BERKAT.
Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya terpilih, Muda Mahendrawan, SH-Drs. Andreas Muhrotien, M. Si yang telah dijadwalkan pada 17 Februari 2009 di halaman Kantor Bupati Kubu Raya, bukanlah angka kebetulan. Sebab, jika dirunut angka 17 sangat erat kaitannya dengan simbol-simbol yang ada pada diri penggagas pemekaran Kubu Raya itu. Pertama, 17 Agustus merupakan hari kemerdekaan RI sekaligus hari kelahiran beliau. 17 Kedua, pada 17 Juli 2007, Kabupaten Kubu Raya secara resmi disahkan oleh DPR RI mekar dari kabupaten Pontianak (UU Nomor 35 Tahun 2007). Terakhir, jika angka 17 dikalkulasisan, maka hasilnya adalah nomor urut pasangan Muda-Andreas saat mengikuti Pilkada perdana di Kubu Raya yag diunggulinya sebanyak dua putaran.
Saat dihubungi via telepon, Muda Mahendrawan yang masih berada di Cipete, Jakarta Selatan mengatakan penetapan tanggal 17 Februari sebagai hari pelantikan
tidak lain adalah untuk menyesuaikan jadwal Gubernur Kalbar. "Kalau bisa tanggal 17, alhamdulillah," ucapnya.
Ia merasa bersyukur, momen tersebut bagi masyarakat Kubu Raya erat kaitannya dengan hari yang bersejarah. "Saya pikir semua hari yang diciptakan Allah pasti baik, cuma bagaimana caranya mengisi hari-hari itu dengan berbagai perbuatan yang baik. Dengan momen itu pula mari kita memulai menjalankan roda pemerintahan Kubu Raya dengan energi positif," ajak Muda.
Di sisi lain, Muda Mahendrawan menilai masyarakat Kubu Raya adalah rakyat yang sabar dan bijak dalam menunggu proses yang cukup panjang. "Mulai dari perjuangan pemekaran, Pilkada hingga proses pelantikan," tuturnya.
Suami Rosalina ini menilai pelantikan tersebut sebagai pemersatu. "Bukan sekedar seremonial. Berangkat dari itulah bekerja sebenar-benarnya demi kebaikan kita semua untuk menjadi masyarakat yang produktif," ungkap Muda. 2nya baik semuanya.
Ia mengatakan usai putaran kedua dirinya lebih banyak berada di Jakarta, hal itu sudah tentu digunakan Muda untuk mencari dukungan dan informasi untuk kepentingan masyarakat Kubu Raya. "Ssaya puya waktu dan saya memanfaatkan waktu itu untuk mencari peluang yang ada bagi Kubu Raya," katanya yang sudah melakukan komunikasi dengan berbagai departemen, non departemen dan lainnya yang ada di Jakarta.

Budayakan Warisan Gotong Royong


Warga Gg Ringin Sari II setiap pekan selalu melestarikan budaya gotong royong di lingkungannya FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Memasuki era globalisasi, ada yang memudar dalam kehidupan masyarakat Indonesia yakni gotong royong. Namun, hal itu tidak bagi masyarakat RT 02/RW11 Dusun Wonodadi Desa Arang Limbung Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, setiap pekannya rukun warga yang dipimpin oleh Ratio ini melakukan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar.
"Yang sering kita lakukan adalah normalisasi saluran air dan membersihkan lingkungan sekitar pekarangan rumah masing-masing," kata Ratio di sela-sela kesibukannya, Minggu pagi (1/2) kemarin.
Ia berpendapat, kawasan yang terletak tidak jauh dari Kantor Bupati Kubu Raya ini memang agak jauh letaknya dari sungai. "Jika saluran air tidak dijaga, hujan sebentar saja tentu dipastikan banjir," ungkapnya.
Menurutnya dengan membiasakan gotong royong, kekompakan dan kerukunan warga bisa terukur. "Ada nilai kebersamaannya," paparnya. (adi)

25 Lokal SMP Bertaraf Internasional Hangus Terbakar


Warga setempat dan petugas pemadam kebakaran berusaha menjinakkan api yang menghanguskan 25 lokal SMPN 1 Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Satu-satunya SMP bertaraf internasional yang ada di Kubu Raya hangus terbakar, Jumat petang (6/2). Tidak kurang 25 lokal dari 32 lokal yang ada di SMPN 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang terletak di Jalan Adi Sucipto ini menjadi arang. Kejadian yang menyebabkan kerugian lebih dari Rp1 miliyar itu menurut beberapa saksi mata diduga berasal dari api kompor yang ada di kantin sekolah.
Sekitar pukul 17.20 WIB, kepulan asap hitam sudah mulai tampak dari kejauhan. Melihat kejadian itu, warga setempat tidak bisa banyak, sambil menunggu kedatangan petugas pemadam kebakaran, warga mencoba mengahncurkan jendela kaca agar tidak melaukai manusia saat terjadi ledakan. Namun hingga setengah jam, beberapa pemadam kebakaran baru tiba di lokasi. Tiupan angin yang cukup kencang membuat api semakin cepat menjalar keruangan lain. Bahkan beberapa kali terdengar bunyi ledakan diiringi gumpalan api yang cukup tinggi.
Hingga satu jam petugas di lapangan, api baru bisa dikendalikan. Beruntung di depan sekolah itu terdapat kolam Taman Makam Pahlawan Patria Jaya yang cukup luas dan sangat membantu untuk persediaan air.
Salah seorang saksi mata yang tinggal tak jauh dari , Ilham mengatakan api terlalu cepat menghabisi puluhan lokal yang ada. "Bangunan SMP ini bentuknya melingkar, sehingga api sangat mudah menghanguskan sebagian besar lokal yang ada. Ditambah lagi tiupan angin yang kencang, dalam waktu sekejap kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang yang ada di dalam," kata Ilham yang sudah basah kuyup ini.
Ali Raut, salah seorang guru olah raga sama sekali tidak menyangka, padahal sebelum kebakaran terjadi dirinya baru selesai praktek olah raga sekitar pukul 17.00 WIB. "Belum lama saya dan murid-murid meninggalkan sekolah," katanya terlihat syok saat menyaksikan api berkobar menghanguskan bangunan tempat ia mengajar.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kubu Raya, Drs. Damhuri yang juga hadir di lokasi kejadian mengatakan cukup bingung menghadapi musibah tersebut. "Karena sekolah ini adalah penyelenggara ujian nasional dan kita ketahui sendiri tidak lama lagi, siswa kelas tiga akan melaksanakan ujian. Tapi kita akan cari jalan keluar, dimana lokasi sementara siswa SMPN 1 ini akan belajar," ungkap Damhuri.
Mengenai status sekolah yang sudah dicanangkan bertaraf internasional, Damhuri menambahkan hal itu juga menjadi kendala bagi pemerintah. "Secara otomatis akan banyak biaya yang akan dikeluarkan nantinya," katanya.
Saat dikonfirmasi apakah ada unsur kesengajaan dalam kejadian tersebut, Damhuri menegaskan hal itu sepenuhnya diserahkan kepada pihak kepolisian. "Kita serahkan mereka yang melakukan penyelidikan," ucap Damhuri.
Kapolsek Sungai Raya, AKP Suparman yang juga ada dilokasi ketika ditanya hal serupa mengatakan pihaknya belum bisa berbuat apa-apa. "Apinya saja belum mati, bagaimana kita mau melakukan penyelidikan. Kita tunggulah," kata Suparman. (adi)