Jumat, 17 April 2009

Kelenteng Laut Unik Di Desaku



Kubu Raya, BERKAT.
Bisa dikatakan satu-satunya di dunia, sebuah Pekong (kelenteng) berdiri tengah-tengah laut, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Unik memang, begitu para pengunjung mengakuinya setelah melihat langsung bangunan yang ditopang dengan kayu belian (ulin) yang didirikan sejak tahun 1960-an ini.
Pekong yang berjarak 4 kilometer dari muara Sungai Kakap ini secara fisik bangunannya didominasi warnah merah terang. Biasanya, oleh warga Tionghoa, Pekong ini digunakan sebagai salah satu sarana ibadah. Bahkan, saat hari-hari besar Tionghoa, pekong ini banyak mendapatkan kunjungan. Meski mereka hanya menggunakan motor air, namun para pengunjung datang dari berbagai daerah di Kalbar.
Begitu pula jika ada even daerah, seperti Robo'-Robo', pekong ini juga ramai dikunjungi. Namun, untuk hari-hari biasa, pekong ini hanya dikunjungi oleh para pecinta mancing. Sekedar menghabiskan week end dan hari libur.
Bagi para nelayan setempat, jika malam hari, bangunan Pekong Laut menjadi salah satu petunjuk arah keberadaan muara Sungai Kakap. Sebab, saat hari berganti, penerangan Pekong ini dinyalakan dengan menggunakan mesin diesel.
Kepala Bapelitbang Kubu Raya, Ir. Ghandi Satyagraha, MT mengungkapkan untuk menunjang potensi wisata yang dimiliki pekong laut ini, berdasarkan usul yang disampaikan Bupati setelah meninjau langsung di lokasi, pihaknya akan segera menyusun perencanaan yang akan dilaksakana tahun 2010 mendatang untuk meningkatkan infrastruktur menuju pekong laut. "Kita akan membangun jalan menuju Pekong Laut dari Desa Sungai Kakap hingga memasuki wilayah Desa Sungai Itik," katanya.
Ghandi juga memastikan, selain penignkatan akses tersebut, kawasan pesisir dari jarak terdekat ke Pekong Laut tersebut juga akan dibangun steigher kecil. "Dengan begitu siapapun dan dari manapun ketika ingin ke Pekong Laut, bisa menggunakan kendaraan darat. Hanya sedikit saja menggunakan kendaraan air," katanya.
Peningkatan lainnya yang akan dilakukan, kata Ghandi, Pemkab Kubu Raya juga akan merancang water front city di kawasan Pekong Laut. "View-nya nanti langsung menghadap ke laut dan dapat melihat langsung bangunan pekong tentunya," tuturnya.
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, SH, saat berkunjung kesana merasa optimis, jika potensi wisata Pekong Laut dikemas seapik mungkin, dirinya yakin masyarakat Kota Pontianak dan lainnya akan berdatangan kesini. "Kita akan dukung, sebab ini juga sebagai salah satu aset penting yang ada di Kubu Raya," kata Muda yang mengunjungi Pekong Laut beserta keluarganya.
Bahkan, dalam waktu dekat, Pemkab Kubu Raya akan melengkapi Pekong Laut dengan Listrik Tenaga Surya. (adi)

Jumat, 03 April 2009

Meski Gagal Panen, Selat Kering Sumbang 400 Ton

Bupati Kubu Raya tidak puas hanya memanen. Musim tanam nanti, ia berjanji bersama warga untuk menanam padi, sebagai komitmennya untuk meningkatkan kualitas pertanian di Kubu Raya. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Sebagian besar lahan pertanian di Kalimantan Barat tak terkecuali Kabupaten Kubu Raya terserang hama dan mengalami gagal panen. Namun, hal itu tidak berarti bagi para kelompok tani di Parit Sarim, Desa Punggur Besar Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Pada musim gagal panen ini, para petani berhasi memberikan kontribusi gabah kering sebanyak 400 ton untuk Kubu Raya. Rabu (1/4) mereka melakukan panen raya bersama Bupati dan lainnya.
Di sisi lain, Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, SH merasa tidak puas jika hanya memanen saja. Menurutnya, hal itu sama saja hanya menerima bersih hasil kerja para petani. Hal ini disampaikannya pada Panen Raya musim Gadu, di Selat Kering Desa Punggur Besar Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (1/4) kemarin. "Saya tidak puas. Bulan depan saya sudah meminta kepada masyarakat di sini bahwa saya akan datang lagi yakni untuk menanam padi," katanya kepada para petani usai panen raya dan berupaya datang bersama Gubernur nantinya.
Ia bangga dengan jerih payah petani di Selat Kering. Seperti diketahui, hampir di seluruh daerah di Kalimantan Barat, termasuk di Kubu Raya baru-baru ini terjadi serangan besar-besaran terhadap tanaman padi. "Tapi saya tidak melihat itu di sini," ungkapnya.
Keberhasilan itu, tentu saja bukan tanpa kerja keras, sebab lahan seluas 150 hektar tersebut dikelola dengan sistem kemitraan oleh pihak swasta yang bekerja sama dengan masyarakat setempat. Dengan sistem demikian, Muda mengutarakan rasa syukurnya, sebab masih ada orang yang peduli bagaimana membuat perubahan di masyarakat. "Saya tidak dapat bayangkan perubahan masyarakat dari nelayan ke petani," tuturnya.
Pimpinan Mitra Agro Teknik , Hermanto Mas'oen mengungkapkan, pola kemitraan yang dilaksanakannya di Parit Sarim dengan sistem modal dipinjamkan, setelah panen baru dibayar. "Para petani gratis menggarap lahan. Pupuk dan obat diberikan serta fasilitas lainnya. Kemudian, semua ongkos itu dibayar setelah mereka panen," ungkap Hermanto.
Ia menjelaskan, ada lima kelompok tani dan satu gabungan kelompok tani yang dibina. Hasil yang diperoleh para petani disini berkisar, ubinan 5.04 ton/ha (gabah kering panen) seharga Rp2800/kg dan jika dikalkulasikan berjumlah Rp14.112.000, dikurangi biaya produksi Rp3.767.500. "Jadi para petani di Selat Kering mendapatkan keuntungan Rp10.344.500 perhektar setiap empat bulannya," jelas Hermanto. (adi)

Lahan Tidur Disulap Jadi Produktif

Bupati Kubu Raya kagum melihat hamparan sawah yang sebelumnya hanyalah lahan tidur yang tidak produktif. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Tidak banyak orang yang memiliki komitmen untuk merangkul masyarakat, mengajak mereka bekerja bersama berbuat hal-hal yang saling menguntungkan. Seperti yang terjadi di Selat Kering Desa Punggur Besar, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Lahan tidur seluas 150 hektar dimanfaatkan warga untuk membuat cetak sawah melalui pola kemitraan dengan pihak swasta, hasilnya, masyarakat di sana tidak mengalami kesulitan dalam segala hal.
Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Kalbar, Ir. Hazairin saat mengunjungi Selat Kering, Rabu (1/4) lalu, merasa kagum dengan pola yang diterapkan. "Bayangkan saja jika petani akan menggarap sawah dengan biaya yang cukup besar. Dari mana para petani itu mendapatkannya. Ini merupakan terobosan baru, bagaimana kebutuhan para petani terpenuhi secara tepat waktu dan tepat jumlah oleh mitra para petani. Begitu petani mau menanam padi, sudah ada bibit yang tersedia, begitu pula dengan pupuk dan lainnya. Ini adalah konsep yang luar biasa untuk menyejahterakan para petani," ungkap Hazairin.
Sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Holtikulura Provinsi Kalbar, Ir. Hazairin sangat mendukung program tersebut. "Buktinya saya sendiri datang kesini," ungkapnya.
Kedepan, Hazairin berjanji dari Pemrpov akan memberikan bantuan kepada para petani dalam rangka untuk peningkatan kualitas pertanian di Selat Kering.
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, SH juga demikian, Ia merasa bersyukur masih ada orang yang memiliki komitmen demikian. Untuk mendukung program tersebut, Muda beserta pihak terkait langsung meninjau lapangan dan menginventarisir kebutuhan apa yang bisa diperbantukan. "Di sana berbagai infrastruktur pertanian sudah dibangun. Kita tinggal menambah apa yang dibutuhkan saja," tuturnya. (adi)

Agro Rekadena di Sungai Kakap

Desa Sungai Kakap tampak dari Muara, keindahan ini seharusnya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Meski Kabupaten Kubu Raya tidak memiliki kelenteng sebanyak Kota Singkawang yang mendapatkan julukan kota seribu kelenteng, namun Pemkab Kubu Raya memiliki gagasan besar akan menjadikan wisata kelenteng sebagai salah satu ikon untuk mempromosikan Kubu Raya. Pemerintah Kubu Raya sudah mempetakan kawasan Sungai Kakap masuk kategori Agro Rekadena. Artinya dukungan wisata alam lain seperti tempat pemancingan, wisata buah, pantai kakap dan tempat lainnya menjadikan wilayah ini layak diangkat. Terlebih di sana beberapa tahun silam sudah berdiri kelenteng laut. Mengapa demikian? Sebab, kelenteng ini tepat berada di muara dan menghadap ke laut Natuna.
Seperti yang disampaikan, Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Budpora, Drs. Umar Alkadrie, Kubu Raya tidak memiliki banyak tempat peribadatan bagi agama konghuchu ini. Namun beberapa kecamatannya masih menyimpan tempat keramat warga tionghoa ini. "Seperti Kecamatan Sungai Kakap, Sungai Raya, Teluk Pakedai dan wilayah lainnya merupakan saksi berdirinya tempat-tempat suci ini,” katanya.
Menurutnya mempromosikan tempat wisata budaya dan rohani harus didukung dengan kesiapan secara keseluruhan. Kecamatan Sungai Kakap dengan akses wisata lain adalah salah satu wilayah yang lain ditunjuk. Namun mempromosikan tempat-tempat tersebut butuh kerjasama seluruh pihak. ”Setidaknya warga dahulu,” kata dia.
“Sungai Kakap sendiri sangat dekat dengan wilayah perkotaan. Bisa menjadi wisata alternatif masyarakat. Kami sudah coba dan tinjau bersama para kepala dinas. Hasilnya sampai ke Pantai Kakap dengan motor air hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Pantai ini sendiri juga masih alami dan indah,” terang Umar.
Dukungan objek wisata budaya, alam dan rohani adalah salah satu cara Pemda mengenalkan Kubu Raya. Apalagi Sungai Kakap salah satu kawasan yang berpotensi melejit dan melaju disamping kawasan-kawasan lainnya di Sungai Raya dan wilayah lain.
”Kita sudah sisir. Pertama kami kami konsepkan dulu sapta pesona. Disisi lain kawasan-kawasan wisata tersebut sudah masuk dalam dana proyek APBD dan APBD Provinsi. Mudah-mudahan bisa terealisasi,” katanya. ”Apalagi mempersiapkan kawasan ini juga didukung dengan persiapan akses infrastruktur memadai,” ungkapnya. (adi)

Rabu, 04 Maret 2009

Pak Nasir, Sosok Bersahaja dan Motivator



Almarhum saat melepas lelah di Sekretariat Komsan STAIN Pontianak.

Kubu Raya, BERKAT.
Kepergian M. Nasir banyak menyisakan kenangan bagi masyarakat Kecamatan Batu Ampar, terlebih banyak pihak mengakui bahwa beliau merupakan sosok yang begitu peduli dengan dunia pendidikan dan motivator para pemuda di Kecamatan Batu Ampar. Sebab, dari sepak terjangnya, banyak lembaga pendidikan disana yang sudah memiliki nama dan dikenal masyarakat.
"Sosok yang bersahaja, sederhana tapi beliau sangat konsen di dunia pendidikan. Banyak sekolah yang sudah dibesarkan beliau," kata salah seorang murid Pak Nasir, yang juga Ketua Komisi D DPRD Kubu Raya, Mustafa MS, S. Ag saat dihubungi via telepon, kemarin.
Mustafa yang saat kejadian sedang berada di Desa Padang Tikar beserta keluarga besar M. Nasir disana sangat terkejut mendengar kabar mendadak itu. "Kami menunggu jenazah beliau disini," tuturnya.
Ia menceritakan, Pak Nasir lah orang yang memiliki peran terbesar untuk mendorong putra daerah Batu Ampar agar memiliki motivasi untuk mengenyam pendidikan tinggi. "Pada saat saya sekolah dasar, Tsanawiyah hingga Aliyah, beliau juga yang mendorong saya untuk kuliah. Beliau turut membentuk kepribadian saya hingga saya mengajar lagi ke Madrasah Aliyah Darul Huda, dimana tempat beliau mengajar saya dahulu," tutur Mustafa.
Tidak sampai disitu, ketika Mustafa mulai mengarungi dunia politik, lagi-lagi dorongan Pak Nasir yang membakar semangat Mustafa untuk berjuang membangun daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kubu Raya, Drs. Damhuri merasa kehilangan atas meninggalnya salah seorang garda terdepan dunia pendidikan di Kubu Raya itu. "Pengabdian beliau sudah tidak diragukan lagi," aku Damhuri.
Ia berharap, kepada pihak keluarga yang ditinggalkan memiliki ketabahan. "Semoga ada hikmah yang bisa diambil dibalik kejadian ini," kata Damhuri yang langsung menuju ke Rasau Jaya begitu mendengar kabar kejadian tersebut. (adi/bersambung)

Kepsek Teladan Hembuskan Nafas Terakhir Saat Bertugas

Si Atang (Jaket Biru) memegang jenazah ayahnya saat membawa almarhum pulang ke Padang Tikar menggunakan speed boat 200PK. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Tiba-tiba, begitulah kejadiannya, Muhammad Nasir bin Abdul Kadir, Kepala SMPN 03 Batu Ampar meninggal dalam tugas saat menghadiri Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk wilayah 3 meliputi Kecamatan Batu Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, Rasau Jaya dan Terentang, di SMPN 01 Rasau Jaya, Rabu (4/3) kemarin.
Kejadian yang begitu cepat itu, sontak saja membuat seluruh peserta MKSS terkejut. Menurut saksi mata, Drs. Slamet Riyadi, M. Pd yang juga Kepala SMPN 1 Rasau Jaya, sekaligus Ketua MKSS wilayah 3, menjelaskan kronologis peristiwa yang mengharukan tersebut. Untuk menghadiri rapat tersebut, beliau datang paling pertama, sambil menunggu yang lain datang, Pak Nasir menyempatkan waktu berkeliling SMPN 1 Rasau Jaya sambil melihat-lihat. "Kemudian kita, pukul sembilan kita mulai rapat. Dalam mengikuti rapat beliau sangat aktif," kata Slamet, kepada koran ini sebelum jenazah M. Nasir dibawa ke Batu Ampar.
Slamet menambahkan, pada saat rapat berlangsung, Pak Nasir tiba-tiba berjalan ke depan ruangan dan hendak menelpon. "Tiba-tiba beliau jatuh tersungkur dan kepalanya membentur lantai. Melihat beliau jatuh, kami langsung mengendorkan ikat pinggangnya agar mudah bernafas, sekalian melepas alas kaki termasuk kaos kaki yang digunakannya," jelasnya.
Setelah itu, Slamet dan rekan-rekan kepala sekolah yang lain berinisiatif memanggil perawat yang ada di Puskesmas Rasau Jaya untuk segera melakukan tensi darah. Ketika diperiksa, tensi beliau mencapai 214/103. Saat itu, nafas beliau bernafas sudah terengah-engah hingga mengeluarkan buih dari mulutnya.
Setelah itu, ada empat orang peserta rapat langsung membawa beliau ke Puskesmas Rasau Jaya, sesampainya di sana Pak Nasir secara medis dinyatakan tidak bisa tertolong lagi. Menurutnya, meski dari SMPN 1 Rasau Jaya ke Puskesmas tidak terlalu jauh, Pak Nasir diperkirakan meninggal dalam perjalanan.
Begitu Pak Nasir dibawa ke Puskesmas, Slamet langsung memimpin rapat kembali dan segera diselesaikan, kemudian semua peserta langsung menuju Puskesmas.
Kabar tersebutpun langsugn diberitahukan kepada sanak keluarga, tak berapa lama, menantu Pak Nasir yang berdomisili di Rasau Jaya langsung mendatangi Puskesmas. Begitu pula dengan salah seorang putranya yang sedang melaksanakan tugas PPL dari Kampus langsung menuju ke Puskesmas. Tidak berapa lama, sekitar pukul 14.20 WIB, jenazah Pak Nasir langsung dibawa ke Padang Tikar dengan menggunakan speed boat 200 PK. Di sana, pihak keluarga sudah mempersiapkan segalanya. Bahkan, para keluarga sudah mengikhlaskan kepergian, ayahanda, mertua dan kakek mereka tercinta. "Rencananya beliau dikebumikan besok pagi (hari ini, red). Bapak memang menderita penyakit darah tinggi," kata Abdul Hayyi, salah seorang putra Pak Nasir yang sering menemani ayahnya periksa ke dokter. (adi)


'Selamat jalan Pak Nasir, semoga engkau diterima disisi-Nya'


Salam hangat dari Keluarga Besar Komunitas Santri STAIN Pontianak

Rabu, 18 Februari 2009

Aktivitas Nelayan Lumpuh, Ale-ale Jadi Primadona

Seorang ibu di Desa Dabong saat memisahkan isi ale-ale dari kulitnya. FOTO: NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Sejak sektor pendapatan nelayan masyarakat di Desa Dabong Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya mengalami kelumpuhan akibat tingginya harga bahan bakar minyak, sebagian besar warga setempat beralih mata pencaharian pada mencari ale-ale.
Memang, sekilas struktur geografis daerah ini tidak jauh berbeda dengan kawasan pesisir Kota Ketapang, hanya saja, taraf kesejahteraan masyarakat cenderung masih tertinggal.
Untuk mencari ale-ale yang tersebar di sekitar kawasan pesisir Desa Dabong, dari bulan Februari-Agustus adalah musim yang paling dinanti. Jika sudah musimnya, biasanya perorang bisa mendapatkan 4 karung (50 kg) ale-ale yang masih utuh dengan kulitnya. Jika dikupas, hasil tersebut hanya mencapai 7-10 kilogram, sebab kulita sebangsa kerang yang bertaburan di permukaan pasir itu cukup berat timbangannya dan juga tebal kulitnya.
Sedangkan lokasi pencariannya, menurut masyarakat setempat, mereka mulai mencari dari pinggiran pantai dengan ukuran tinggi air dari air seukuran dada orang dewasa hingga seukuran mata kaki. "Kami mencari hanya menggunakan tangan," kata salah seorang pencari ale-ale di Desa Dabong, Fatimah (35).
Mengenai waktu pencarian ale-ale, Fatimah mengatakan tergantung ukuran tinggi dan rendah atau pasang surutnya air. "kalau air pasang, sudah tentu kami tidak bisa mencari ale-ale," katanya. (adi)

Rabu, 11 Februari 2009

Melihat Kehidupan Masyarakat Dabong, Dambakan Ekspansi Listrik dan Gedung SMP


Kehidupan masyarakat Desa Dabong yang hanya mengandalkan sumber listrik mesin diesel secara swadaya. Mereka mendambakan PLN menyentuh desa mereka. FOTO: NURHADI


Kubu Raya, BERKAT.
Masyarakat Desa Dabong bisa dikatakan salah satu daerah yang terpencil dan terisolasi yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Letaknya yang sangat jauh dari pusat ibu kota kabupaten, bahkan kecamatan membuat daerah ini cenderung tidak kebagian kue pembangunan.
Di desa yang terletak di muara dan berhadapan dengan laut natuna ini hingga saat ini masih belum tersentuh dengan ekspansi PLN. Untuk kebutuhan penerangan itu, masyarakat disana hanya menggunakan mesin diesel yang hanya dihidupkan pada saat malam.
Kondisi demikian, secara otomatis membuat masyarakat Desa Dabong tidak bisa menikmati falisitas listrik itu ketika matahari terbit. Agar listrik selalu menyala, masyarakat selalu iuran untuk membeli bahan bakar minyak. Jika mesin diesel mengalami kerusakan, selama menunggu masa perbaikan, warga terpaksa harus menyediakan pelita sebagai penerangan alternatif.
Selain kebutuhan pokok itu, dunia pendidikan di Desa Dabong cukup mengkhawatirkan. Meski sudah memiliki lima sekolah dasar negeri yang terletak di wilayah desa, namun, hingga saat ini di Desa Dabong sendiri belum memiliki dan mendambakan gedung SMPN untuk menampung lulusan sekolah dasar. "Terlebih, kalau SMP sudah ada disini, tentunya anak-anak desa kami tidak akan jauh-jauh hanya untuk melanjutkan jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun," kata Kepala Desa Dabong, Syahrani. (adi)

Dikelilingi Air Asin, Air Sumur Desa Dabong Tetap Tawar


Seorang ibu mengambil air di sumur untuk keperluan sehari-hari. Meski dekat dengan laut, air sumur ini juga dimanfaatkan untuk minum. FOTO NURHADI

Kubu Raya, BERKAT.
Bagi masyarakat Desa Dabong Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya yang terletak di muara serta berhadapan dengan Laut Natuna sudah barang tentu dikelilingi dengan air asin. Ironis memang, meski begitu, masyarakat di sana hanya mengandalkan air sumur yang digali, padahal letak sumur bisa dikatakan berbatasan langsung dengan air asin tersebut. Perlu diketahui pula, struktur tanah di desa yang berhadapan dengan Kecamatan Batu Ampar ini banyak mengandung pasir.
Bahkan, terkadang ketika banjir rob semakin membesar, jarak antara sumur dan air asin hanya beberapa meter saja, namun rasa air sumur yang memiliki kedalaman tidak sampai sepuluh meter itu tetap saja tawar dan bisa digunakan untuk memasak dan minum.
Kondisi demikian, tentunya sangat membantu masyarakat setempat. "Kami tidak dapat membayangkan, jika sumur yang kami miliki berasa asin, tentu kami akan merasa kesulitan untuk bertahan hidup," kata seorang ibu rumah tangga, Fatimah (34) yang sedang mengambil air di sumur dekat rumahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Dabong, Syahrani berharap kepada pemerintah Kabupaten Kubu Raya bisa memberikan fasilitas air bersih yang ideal untuk masyarakatnya. "Jangankan infrastruktur yang layak, masyarakat di sini selama puluhan tahun hidup dengan fasilitas yang sangat terbatas," kata Syahrani. (adi)

Selasa, 10 Februari 2009

Angka 17 Bukan Kebetulan



Kubu Raya, BERKAT.
Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya terpilih, Muda Mahendrawan, SH-Drs. Andreas Muhrotien, M. Si yang telah dijadwalkan pada 17 Februari 2009 di halaman Kantor Bupati Kubu Raya, bukanlah angka kebetulan. Sebab, jika dirunut angka 17 sangat erat kaitannya dengan simbol-simbol yang ada pada diri penggagas pemekaran Kubu Raya itu. Pertama, 17 Agustus merupakan hari kemerdekaan RI sekaligus hari kelahiran beliau. 17 Kedua, pada 17 Juli 2007, Kabupaten Kubu Raya secara resmi disahkan oleh DPR RI mekar dari kabupaten Pontianak (UU Nomor 35 Tahun 2007). Terakhir, jika angka 17 dikalkulasisan, maka hasilnya adalah nomor urut pasangan Muda-Andreas saat mengikuti Pilkada perdana di Kubu Raya yag diunggulinya sebanyak dua putaran.
Saat dihubungi via telepon, Muda Mahendrawan yang masih berada di Cipete, Jakarta Selatan mengatakan penetapan tanggal 17 Februari sebagai hari pelantikan
tidak lain adalah untuk menyesuaikan jadwal Gubernur Kalbar. "Kalau bisa tanggal 17, alhamdulillah," ucapnya.
Ia merasa bersyukur, momen tersebut bagi masyarakat Kubu Raya erat kaitannya dengan hari yang bersejarah. "Saya pikir semua hari yang diciptakan Allah pasti baik, cuma bagaimana caranya mengisi hari-hari itu dengan berbagai perbuatan yang baik. Dengan momen itu pula mari kita memulai menjalankan roda pemerintahan Kubu Raya dengan energi positif," ajak Muda.
Di sisi lain, Muda Mahendrawan menilai masyarakat Kubu Raya adalah rakyat yang sabar dan bijak dalam menunggu proses yang cukup panjang. "Mulai dari perjuangan pemekaran, Pilkada hingga proses pelantikan," tuturnya.
Suami Rosalina ini menilai pelantikan tersebut sebagai pemersatu. "Bukan sekedar seremonial. Berangkat dari itulah bekerja sebenar-benarnya demi kebaikan kita semua untuk menjadi masyarakat yang produktif," ungkap Muda. 2nya baik semuanya.
Ia mengatakan usai putaran kedua dirinya lebih banyak berada di Jakarta, hal itu sudah tentu digunakan Muda untuk mencari dukungan dan informasi untuk kepentingan masyarakat Kubu Raya. "Ssaya puya waktu dan saya memanfaatkan waktu itu untuk mencari peluang yang ada bagi Kubu Raya," katanya yang sudah melakukan komunikasi dengan berbagai departemen, non departemen dan lainnya yang ada di Jakarta.